Kamis, 03 Maret 2011 | By: Boecha'z jenioue'z

Kontroversial Persepakbola'an Bangsa Ini

PSSI antara kontroversi, korupsi, prestasi dan revolusi

Lama-lama gak tahan juga lihat pemberitaan media seputar PSSI. Tiap hari isinya gak jauh dari tuntutan mundur Nurdin Halid yang tampaknya pantang mundur, dan kini bermuara pada isu revolusi di PSSI itu sendiri. Sisi lain entah ada apa dengan pemerintah sendiri yang sepertinya tidak mempunyai gigi atawa kekuatan untuk mengatasi masalah yang sudah bertahun-tahun ini. Ibarat penyakit, kondisi pelik di tubuh PSSI sudah seperti kanker yang siap-siap menghancurkan dari dalam, perlahan tapi pasti.... 

Saat Timnas Garuda, begitulah sebutan bagi Timnas Indonesia saat mengawal Merah Putih pada laga AFF Cup beberapa waktu yang lalu, mengalami kegagalan dalam menjadi Juara, segenap suporter sepakbola dan rakyat Indonesia masih bisa memaklumi dan memahami juga tanpa mengiringi dengan caci maki.
Yang ada malah saat pertandingan baik leg final pertama di Malaysia, antara tuan rumah dan Timnas Garuda berlangsung disela-sela pertandingan hadir spanduk dan poster yang menuntut turunnya Nurdin Halid (NH) dari jabatan Ketum PSSI.


Namun, sepertinya NH mempunyai prinsip (atau keyakinan?) bahwa tuntutan itu muncul dari segelintir orang yang tidak suka pada dirinya (hal ini muncul di media televisi lokal Indonesia).
Gubrak ... asli konyol dan membanyol abis nih NH.

Belum usai tuntutan mundur sejak masa AFF Cup, giliran kemunculan Liga Primer Indonesia (LPI) yang dianggap sebagai liga sepakbola terlarang di Indonesia versi PSSI. Alih-alih menggunakan surat dari FIFA (??-maaf saya sendiri gak yakin kalo itu dari FIFA, kok kayaknya gak pro amat ya), NH sebagai ketua PSSI mengeluarkan ancaman bahwa semua pemain yang terlibat di LPI tidak bisa mengikuti event pertandingan sepakbola di tingkat internasional. Nah lho...emangnya NH itu siapa? kok kayaknya kewenangannya gede amat ya...ckckck

Belum lepas dari isu LPI itu sendiri, pemain muda berbakat Irfan Bachdim yang bermain di Timnas Garuda (Timnas Senior) pun digagalkan untuk mengikuti seleksi Timnas U-23 untuk Pra Olimpiade. Alasan lain, katanya Irfan Bachdim merupakan pemain naturalisasi yang tetap pada pendiriannya untuk membela Persema Malang yang mengikuti LPI ketimbang LSI (Liga Super Indonesia). Sementara dari Pelatih Timnas Indonesia sendiri, Alfred Riedl mengatakan bahwa kewenangan mutlak pemilihan pemain ada di tangan dirinya dan tidak ada intervensi apapun dari PSSI. ...sampai disini, saya pribadi agak meragukan kejujuran pernyataan Pak Alfred Riedl. mengingat pada sesi pasca final leg kedua di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, beliau mengaku stress akibat campur tangan PSSI terhadap para pemainnya.

ckckck...makin hari makin ajaib aja nih NH dan kroni-kroninya...

Nurdin Halid, antara korupsi dan prestasi

Isu korupsi yang menerpa NH belum usai. Selepas masa-masa awal menjabat Ketum PSSI (2003-2009) menjadi tersangka kasus penyelundupan gula impor ilegal (2004) , korupsi minyak goreng , pelanggaran kepabeanan impor beras dari Vietnam, kini giliran kasus dugaan suap anggaran  dana daerah untuk PSSI. entah berapa banyak lagi kasus sejenis yang melibatkan dirinya.

Dengan segudang kasus berbau korupsi itu, ternyata diiringi dengan sejumlah prestasi kegagalan PSSI dalam kancah persepakbolaan nasional maupun internasional.
Lihat saja berapa kali Indonesia membuat prestasi dunia sepakbola?
Berapa banyak bibit unggul pemain sepakbola yang bisa diperoleh? Ada berapa banyak kompetisi liga junior?
Yang pasti diantara Pertandingan Liga Sepakbola binaan PSSI senantiasa diiringi bau tidak sedap penyuapan wasit dan pengaturan hasil pertandingan plus kerusuhan dimana-mana, baik di dalam lapangan dan diluar lapangan.

Mengenai pengaturan hasil pertandingan, hal ini diakui sendiri oleh Bapak IGK Manila yang pernah menjabat sebagai pengurus teras PSSI dan akhirnya mundur karena ketidaksanggupan beliau dalam mengamini prosesi pengaturan hasil pertandingan.

Kalu terjadi keributan di dalam lapangan antara pemain dan wasit, atau trio pemain lawan pemain lawan wasit, maka itu bisa ditarik kesimpulan awal sebagai buah ketidak puasan mereka akibat adanya pengaturan hasil pertandingan.
Dan lebih ajaibnya, ternyata NH masih dapat duduk manis sebagai ketum PSSI dan tampak sekali ingin memperpanjang jabatan hingga masa periode berikutnya.

Hal ini ditandai dengan penjegalan pasangan kandidat Jenderal George Toisutta dan Arifin Panigoro dari bursa pemilihan Ketua dan Wakil Ketua PSSI.
Alasannya?
nah ini lagi salah satu bentuk kekonyolan dan manipulasi ala NH dan kroni-kroninya (atau kroco?).
Dalih Statuta PSSI yang mengadopsi dari Statuta FIFA yang menjadi alasan penjegalan pasangan kandidat rival :
Statuta FIFA Pasal 32 Ayat 4 :
"The members of the executive committee shall be no older than... (age to be completed by the Association). They shall have already been active in football, must not have been previously found guilty of a criminal offence and have recidency within the territory of X"
Statuta PSSI Pasal 32 Ayat 4 :
"Anggota Komite Eksekutif harus sudah berusia 30 tahun, mereka harus telah aktif di sepak bola sekurang-kurangnya 5 tahun dan tidak sedang dinyatakan bersalah atas suatu tindakan kriminal pada saat kongres serta berdomisili di wilayah Indonesia"
dari sini saja bisa dilihat bagaimana NH dan kroni-kroni (kroco mungkin lebih tepat??) memainkan peran manipulasi aturan demi melanggengkan jabatan.

baca lagi:
must not have been previously found guilty of a criminal offence" kalau diterjemahkan secara harfiah (dengan bahasa Inggris sederhana) berarti "sebelumnya tidak pernah dituduh bersalah atas perbuatan kriminal".

dari bagian ayat yang diterjemahkan "sesuai kepentingan" , bisa diartikan tampak sekali segala macam upaya dan daya usaha untuk menghantam segala kandidat yang ada.

Aturan lain yang menjerat Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal George Toisutta dari posisi calon Ketua Umum PSSI dapat ditemukan pada kalimat "harus telah aktif di sepak bola sekurang-kurangnya 5 tahun".

Interpretasi Komite Pemilihan PSSI : bahwa calon harus terlibat langsung dalam kepengurusan PSSI (pusat/daerah atau di klub yang berada di bawah naungan PSSI).
Walah makin amburadul bin absurd nih....geleng-geleng kepala lihat bagaimana pemelintiran aturan demi kepentingan pribadi dan golongan (???)

Lalu bagaimana dengan Persatuan Sepak Bola TNI Angkatan Darat ( PSAD) yang dibina oleh bapak Jenderal Toisutta? apakah karena tidak berada dalam naungan PSSI lalu dijadikan alasan (yang dibuat-buat?)
Padahal PSAD sendiri sudah banyak mengharumkan nama bangsa di tingkat nasional dan regional, bukan pemain baru.

Aneh saja kalau misalnya PSAD, PSAL, PSAU dibawah PSSI lalu ikut serta dalam LSI...:P

mmm...gejala tirani di tubuh PSSI, apapun caranya ketuanya tetap NH... sungguh memalukan..cacat moral tahu !!!

Kemenpora versus PSSI ?

Sisi lain yang menurut saya juga cukup memprihatinkan adalah bahwa sikap dari pemerintah sendiri yang tampaknya setengah hati menangani permasalahan ini.
Tampaknya peranan Menpora (Menteri Pemuda dan OlahRaga) perlu lebih dipertegas lagi. Apakah lantaran ada unsur politis sehingga penyelesaian carut marut dan hingar bingar ini memang sengaja dipelihara?

Sebagaimana yang publik ketahui bahwa dibalik PSSI ada peran tokoh partai politik yang bersiap-siap untuk pemilu Presiden RI tahun 2014 nanti.
Sementara Kemenpora dipimpin oleh tokoh partai politik yang berkuasa saat ini, dan beda partai tentunya dengan kubu PSSI.

Ini hanya pemikiran awam saja.
Kenapa NH begitu yakin akan menang dalam kongres PSSI dalam pemilihan Ketua yang berikutnya. Karena bisa jadi NH akan dijadikan sebagai sarana promosi dan kampanye?
Apakah Menpora tidak mempunyai kewenangan atas PSSI ? Mungkin tidak secara intervensi langsung dalam hal kebijakan, setidaknya ada unsur wibawa, apalagi kepanjangan Olah Raga nya.

Sementara itu pembiaran atas kekisruhan di antara supporter sepakbola versus NH (PSSI) akan tampak sebagai kampanye negatif untuk 2014 mendatang. ini sih hanya pemikiran awam saja.

Revolusi PSSI, harga mati

Hingga saatnya (puncak?) kekesalan dan kemarahan publik pecinta sepakbola beranjak dari merangkak menjadi teriak.

Dalam sepakbola terdapat 11 pemain lapangan yang terdiri dari 10 pemain depan dan 1 penjaga gawang (goal keeper). namun begitu jangan dilupakan pula bahwa dibalik 11 pemain itu ada pemain ke 12, yaitu supporter.

Tidak bermaksud berlebihan (lebay) atau dibuat tampak berlebihan bila dikatakan bahwa supporter adalah pemain ke 12 dalam pertandingan sepakbola.
Lihat saja bila suatu pertandingan sepakbola meski dimainkan oleh para pemain top dunia sekalipun bila tanpa adanya kehadiran supporter apa bedanya dengan pertandingan catur?
Gak seru.

Kehadiran supporter meski kerap diidentikkan dengan kekerasan, holiganisme, dan lain-lainnya menurut saya itu kembali ke sejumlah faktor.

bagaimana dengan supporter sepakbola Indonesia sendiri?
Lihat saja bagaimana para supporter dari berbagai klub bersatu padu dan menanggalkan atribut kebanggan klub saat menjadi supporter Timnas Garuda. Bersatu dalam balutan baju merah mereka bersatu mendukung Timnas, apapun hasilnya.
Meski saat Timnas Garuda tidak berhasil menjadi juara AFF Cup, tidak satupun tindakan anarkis terjadi. Tidak ada caci maki pada Timnas Garuda. Yang ada malah tetap berlangsungnya tuntutan mundur terhadap NH.
(mungkin ini hikmahnya, kalau sampai Timnas Garuda menang bisa gak muat helm yang paling besar di kepalanya NH dan kroco-kroconya tuh - mereka bisa mengklaim bahwa kepemimpinan NH adalah mutlak ...ckckckck ...kalah deh tokek sebelah rumah)
Entah sampai berapa lama lagi kita harus menunggu penyelesaian terbaik atas kekisruhan yang terjadi.
Entah juga apakah setelah penyegelan kantor PSSI dan maraknya supporter yang berdatangan ke Jakarta pun akan dianggap sebagai segelintir orang oleh NH dan kroni-kroninya?
Apa jangan-jangan nanti kalau yang datang barisan tentara plus panser baru dianggap ? (yang terakhir ini nih kebanyakan nonton berita seputar pergolakan di Timur Tengah aja kali ya :P)

Buat NH:
Sudahlah, tidak ada jabatan abadi. Anda bukan dan tidak pernah menjadi Tuhan. Lihat sekitar Anda, tidak ada satupun yang bisa abadi dengan jabatannya.

0 komentar:

Posting Komentar